Selasa, 27 Maret 2018

Muhammadiyah Gugat PKS

Indonesia seakan mendapat siraman air mineral dan hembusan udara segar dengan munculnya gerakan dakwah pada level atas (baca: pemerintahan). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan sayap politik kaum tarbiyah dapat begitu cantik memainkan perannya selama ini. Tak ayal, sambutan hangat dan respon positifpun mengalir dari masyarakat untuk mendukung partai yang seumur jagung ini. Ada yang unik dalam lika-liku perjuangan yang dilalui oleh PKS selama ini. Jika pada umumnya parpol (partai politik) yang bertengger di papan atas adalah syarat dengan sejarah panjang dan dukungan orang besar, maka PKS justru sebaliknya. Taruhlah misalnya, Golkar yang sudah berumur puluhan tahun, bahkan sempat berkuasa selama kurang lebih 32 tahun. PDIP juga demikian, sosok seorang Megawati yang merupakan putri presiden pertama RI juga begitu mudah menarik simpati khlayak umum karena sejarah panjang orang tuanya. Begitu juga PKB dan PAN yang mendapat suara dengan mudah karena lahir dari para peng- gede dua ormas terbesar indonesia; NU dan Muhammadiyah.
PKS, siapa yang kenal orang-orang seperti Hidayat Nur Wahid, Salim Seggaf, dan mendiang K.H Rahmat Abdullah sebelum gema suara PKS melengking di ranah indonesia?. Kemunculan gerakan dakwah parlemen ala PKS adalah hasil dari kesadaran mayoritas kaum tarbiyah akan urgensi dakwah di papan atas. Penjiplakan model rekrutmen anggota dan simpatisan dari cara/ model gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir, menjadikan gerakan ini begitu cepat tersebar luas di seluruh belantara Indonesia. Ada hal yang sangat menarik, kalau kita perhatikan dari lika-liku gerakan PKS ini. LDK (Lembaga Dakwah Kampus) yang mayoritas diperankan oleh kaum tarbiyah, merupakan nilai plus buat eksistensi PKS itu sendiri. Sekalipun dalam langkah awal LDK tidak terkait dengan gerakan politik, namun di saat PKS dilahirkan, LDK dapat dikatakan akar kuat yang setidaknya menjamin PKS yang bergerak di papan atas tetap eksis. Dengan merekrut generasi mudah yang potensial di kalangan kampus, bisa kita katakan kejayaan nama PKS tinggal menunggu hari saja.
Tidak dapat kita pungkiri, bahwa yang akan memimpin laju roda negara ini di masa yang akan datang adalah generasi muda saat ini. Pepatah arab mengatakan:“Syabaabunal Yaum Rijaalunal Ghod”(Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan). Cara perekrutan semacam itu merupakan cara yang sangat brilian. Kalau boleh saya kaitkan dengan kajian sastra arab, dalam rekrutmen anggota dan simpatisannya, PKS mempunyai keistimewaan “Baro’atul Istihlaal” (langkah awal yang bagus).
Akan tetapi permainan PKS yang dipandang cantik dan sangat terorganisir itu, tidak menutup cela untuk dikritisi. Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar indonesia merasa terusik eksistensinya dengan menyelundupnya model dan gaya dakwah kaum tarbiyah PKS ke dalam tubuh Muhammadiyah. Perasaan kurang sreg(terusik) itu dituangkan oleh salah seorang pembesarnya yang bernama Haedar Nashir dalam bukunya “Manifestasi Gerakan Tarbiyah, Bagaimana Sikap Muhammadiyah?”. Kalau sedikit kita cermati buku kecil ini, maka di situ kita akan dapatkan betapa Haedar sangat mengkhawatirkan para kadernya kehilangan sense of belonging kepada Muhammadiyah. Oleh sebab itu, dengan segenap kemampuannya Haedar berusaha untuk “menyadarkan” kembali pada kader Muhammadiyah yang sudah terlanjur jatuh cinta pada PKS. Sudah menjadi kaidah baku umum kiranya jika sebuah kelompok yang baru muncul kerap kali dengan sikap semangat ekspansif (semangat memperluas anggota dan ajaran) yang meledak-ledak. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan Haedar dalam bukunya tersebut. Bahkan dia menyebutkan, jika ajaran PKS (dalam bahasa dia: paham islam lain) telah merisaukan sejumlah daerah yang mayoritas berbaju Muhammadiyah. Kerisauan inipun sudah sampai pada taraf pada kader yang sudah dipercaya untuk mengembangkan amal usaha Muhammadiyah. Bahkan dengan berani Haedar membahasakan ideologi kaum tarbiyah dengan “Virus yang berhaya”.Untuk lebih jelas, mari kita simak potongan paragraf dari buku itu!
“Karena itu jika ada sebagian kalangan di dalam Muhammadiyah menganggap Ideologi Tarbiyah sebagai bukan “Virus” yang berbahaya, boleh jadi penglihatannya sangat terbatas pada melihat sisi normatif atau pada tataran “teks” belaka. Lebih sempit lagi manakala pandangan “positif” seperti itu dikaitkan dengan reaksi terhadap pihak-pihak yang selama ini banyak mempersoalkan kehadiran ideologi Tarbiyah atau paham serta kepentingan partai politik di dalam lingkungan Muhammadiyah dengan tudingan menyebarkan paham “liberal”, sambil membela dan membenarkan ideologi Tarbiyah”(lih: hal: 43-44).
Lebih lanjut, Haedar menjelaskan lebih detail mengenai perbedaan mendasar Muhammadiyah dengan PKS. Di antara permasalah tersebut adalah permasalah klasik yang selalu menjadi dinding persetruan antara Muhammadiyah dengan rival tuanya; NU. Permasalah itu seperti, tawassul, yasinan dll. Dalam hal ini Haedar berkata:
“Jika ditanya adakah perbedaan paham Tarbiyah/ PKS dengan Muhammadiyah, hal itu dapat dijawab jelas ada perbedaan dengan Muhammadiyah. Sebagaimana temuan penelitian Gerakan Islam yang mengaku alternatif ini dalam praktiknya dapat membenarkan tawassul, mempraktikkan yasinan untuk kepentingan menarik simpatik umat, mempraktikkan ruqyah, yang tidak dilakukan Muhammadiyah” (lih: hal: 48-49).
Saya tidak akan mengomentari secara terperinci dua ungkapan Haedar di atas, dan saya biarkan para pembaca untuk mencerna dan memberikan kesimpulan sendiri.
Dalam sistem penulisan buku kecil inipun Haedar selalu memakai alur “Tsunaiyah”(dualisme) dalam mensikapi keberadaan kaum tarbiyah. Sebagai salah satu contoh; dia tidak melarang siapapun masuk ke dalam barisan tarbiyah (PKS) karena itu adalah hak setiap orang, dan tidak seorangpun boleh membatasinya. Namun sebuah ungkapan yang bagus itu diikuti dengan ketidak bolehan kelompok lain (maksudnya PKS) untuk ekspansi ke dalam tubuh Muhammadiyah. Gaya penulisan model dualisme semacam ini kental sekali mewarnai buku kecil itu dari bab awal sampai pada kesimpulan. Bahkan nuansa“ashobiyah ‘umya” (kefanatikan buta) sangat kental mewarnai setiap paragraf dalam buku ini. Ironisnya, buku itu justru ditutup dengan wasiat K.H Ahmad Dahlan (entah benar apa tidak) bagi segenap kadernya yang berbunyi: “Hendaklah kamu jangan sekali-kali menduakan pandangan Muhammadiyah dengan perkumpulan lain”. Selama ini, saya tidak pernah menjumpai sebuah sikap yang lebih fanatik dari perkataan di atas.
Bagaimanakah Seharusnya Menyikapi PKS?
Kehadiran PKS di tengah-tengah masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu di risaukan. Karena spirit keagamaan yang disandang PKS adalah semangat kebersamaan dan kesatuan. Artinya, modal dasar PKS dalam melangkahkan kakinya di tanah air adalah menyatukan kembali umat ini dalam satu bendera “ukhuwah islamiyah”. Kadang saya heran, adakah tujuan yang termulia dalam ranah dakwah selain “ukhuwah”???. Kejayaan islam abad awal hijriah yang lanngsung dikomandani oleh Sayyiduna Rasulullah tidak terlepas dari kuatnya ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshor. Dengan cara itulah kekuatan islam di abad awal dapat begitu menakjubkan yang pada akhirnya dapat menaklukkan kota Makkah yang lebih kita kenal dengan “Fathu Makkah”.
PKS mempunyai spirit “yajma’ wala yufarriq” (menyatukan tidak memecah-belah). Sebuah spirit yang sangat mulia menurut kamus pribadi saya. Bahkan yang lebih penting untuk diacungi jempol, PKS dapat menjamah area dakwah yang selama ini termajinalkan oleh kelompok dakwah yang lain; tanpa terkecuali Muhammadiyah. Sedikitnya sudah saya singgung di atas, bahwa LDK yang sekarang berkembang pesat di kalangan kampus merupakan hasil jerih payah para kader PKS. Kita tidak bisa menutup mata akan urgensitas dakwah di kalangan kampus. Pergaulan bebas, narkoba, tawuran dll acap kali berkembang subur di area perkampusan. Oleh sebab itu, kehadiran LDK sangat memberikan nilai positif guna mengimbangi bahkan mengajak mahasiswa untuk tetap pada rel nilai-nilai keislaman yang luhur.
Nah, dari sedikit paparan singkat di atas, setidaknya kita harus berpikir ulang untuk menembak sasaran kritik terhadap PKS dengan tepat dan cerdas. Sekali lagi saya tekankan, bahwa PKS sama sekali tidak sempurna sehingga harus lepas dari kritik. Akan tetapi kritikan yang kurang tepat justru akan semakin menambah lagi daftar saingan dalam list rival dakwah. Juga tidak saya pungkiri bahwa dalam tubuh PKS masih terjadi apa yang sering kita sebut sebagai “ashobiyah” (fanatisme). Sejatinya demikian, dapat kita pastikan di dunia ini tidak ada satupun kelompok yang tidak terjangkit penyakit ini. Biasanya, kefanatikan itu muncul dari para simpatisan yang awam kalau tidak bisa saya katakan bodoh. Orang awam ini selalu kita jumpai dalam setiap kelompok yang ada di dunia ini. Ini merupakan sunnatullah yang tidak dapat ditolak. Akan tetapi untuk mengukur sampai mana dan sebesar apa penyakit “ashobiyah” ini menjangkiti sebuah kelompok, maka kita lihat penuturan para punggawanya (pembesarnya). Jika kefanatikan itu sudah merongrong jiwa para atasannya, maka bisa dipastikan golongan awam di bawahnya lebih fanatik dari itu.
Terakhir, saya ingin katakan bahwa tulisan ini bukan untuk menjatuhkan martabat Muhammdiyah atau mendukung PKS secara utuh. Akan tetapi lebih kepada ajakan dialog bagi para pembaca dalam mensikapi kelompok tertentu. Setiap kelompok dakwah islam mempunyai hak untuk selalu eksis dalam tanah air tercinta, selagi kelompok tersebut tidak membawa paham yang menyesatkan. Hormat-menghormati sangat dibutuhkan oleh setiap kader kafilah dakwah manapun untuk mewujudkan izzul islam wal muslimin. Wallahu a’lam Bis Showab. Semoga bermanfaat.


* M. Hidayatulloh*

Kamis, 22 Maret 2018

Kecerobohan hitler pada perang dunia II

Kekalahan Jerman di dalam Perang Dunia Ke 2 sebagain besar (secara ironi) justru disebabkan oleh keputusan-keputusan Hitler sendiri. Hal tersebut diakibatkan karena Hitler terlalu mengikat negaranya dan terlalu mengambil keputusan-keputusan penting bahkan keputusan militer. Sayang sekali Hitler tidak mempunyai kekuatan sebesar itu untuk mengontrol seluruh aspek di dalam negaranya. Berikut ini adalah 5 kesalahan Hitler selama Perang Dunia ke 2: (sumber. Aliansyah)
1. Pengepungan Dunkirk
Penyerangan Jerman ke Perancis pada April 1940 nampak begitu menjanjikan. Pertahanan sekutu sepanjang perbatasan Belanda, Belgia dan Luxemburg runtuh hanya dalam hitungan hari. Pasukan dari ketiga negara itu mundur ke garis perbatasan baru, yaitu di sepanjang garis marginot lini di Perancis. Di sana, bala bantuan Inggrispun telah siap. Total, Inggris mengirim lebih dari dua ratus ribu pasukan ke Perancis. Sehingga membuat kekuatan gabungan sekutu berjumlah lebih dari 1,7 juta manusia. Jauh lebih besar dari pasukan Jerman yang diperkirakan hanya berjumlah 1.2 juta manusia.
Pengepungan Dunkrik (Sumber : Wikipedia)
Pengepungan Dunkirk
(Sumber : Wikipedia)
Terdapat lebih dari tiga ratus ribu pasukan yang terkurung di Kota kecil Dunkirk. Pasukan itu adalah kumpulan dari Pasukan Inggris, Perancis, Belgia, sebagian kecil Belanda, Luxemburg dan Polandia. Tidaklah jelas keputusan Hitler untuk menghentikan serangan di Dunkirk. Namun karena keputusannya inilah, tiga ratus ribu tentara sekutu berhasil lolos ke tanah Inggris. Inggris memprioritaskan penggungsian ini dengan mengirim ribuan kapal (sebagian besar merupakan kapal nelayan dan komersial) untuk menyelamatkan pasukan yang telah terdesak ini.
Proses Evakuasi Dunkrik Yang Kacau dan Kalang Kabut
Proses Evakuasi Dunkirk Yang Kacau dan Kalang Kabut
Apapun alasan Hitler, pertempuran Dunkirk adalah menjadi sebuah blunder Hitler yang pertama dan paling buruk sepanjang pertempuran. Tiga ratus ribu pasukan sekutu yang terdiri dari Inggris, Perancis, Polandia dan Belgia itu kemudian mampu menjadi bibit untuk pengembangan sekutu di masa mendatang. Pasukan inilah yang kemudian mengalahkan Rommel di Afrika Utara, pasukan ini juga yang berhasil mendepak Jerman dari Italia, mereka pulalah pasukan yang diterjunkan di Perancis Utara saat Operasi Normandy pada tahun 1944. Barangkali hal itu tidak terjadi atau setidaknya sulit terjadi jika pasukan yang terkepung di Dunkirk itu tidak lolos. Namun apa boleh buat. Keputusan Hitler yang dibuat pada Mei 1940 itu adalah bulat. Bahkan walaupun Jendral kawakan seperti Heinz Guderian menentang keras.
2. Battle of Britain
Battle of Britain atau pertempuran Inggris Raya dikenal sebagai salah satu pertempuran udara paling besar selama Perang Dunia ke 2. Battle of Britain sebenarnya hanyalah salah satu bagian dari Rencana penyerangan Hitler ke Inggris yang dikenal dengan Operasi Seelowe(Singa Laut). Operasi tersebut direncanakan akan berlangsung pada lewat pertengahan tahun 1940. Tergantung dari tanggapan Inggris terhadap inisiasi damai yang dilakukan oleh Jerman.
Rencana Jerman di Battle of Britain tahun 1940
Rencana Jerman di Battle of Britain tahun 1940
Kesalahan yang barangkali paling kentara adalah masalah VD – Victory Disease (Penyakit Kemenangan). Jerman sampai detik itu belum pernah sekalipun kalah dalam medan perang manapun. Bisa dikatakan juga bahwa Battle of Britain itu sendiri bukanlah sebuah kekalahan karena Jerman hanya gagal untuk menundukan kekuatan udara Inggris dan bukannya kalah. Kekalahan Jerman baru akan ada di babakan Perang Rusia, dua tahun kemudian di Stalingrad, hampir bersamaan dengan itu adalah kekalahan Jerman di Afrika Utara. Victory Disease menyebabkan tentara menjadi terlalu underestimates lawannya dan memandang rendah potensi kekuatan lawan. Inilah yang membuat pilot-pilot Jerman kemudian shockketika melihat pilot-pilot udara Inggris yang ternyata juga jago bertarung di udara.  
Hasil akhir Battle of Britain berakhir dengan kegagalan besar di pihak Jerman. Ratusan pesawat Jerman baik pembom maupun tempur rontok, walaupun kerugian di pihak Inggris tidaklah kecil. Sekitar 40.000 penduduk tewas selama pengeboman di kota-kota Inggris. Namun efek yang timbul bagi Jerman jauh lebih hebat daripada efek untuk Inggris. Inggris sementara itu masih dapat memperoleh sukucadang dan pesawat-pesawat baru dari Amerika Serikat melalui perjanjian dagang yang kala itu belum sudi terjun ke kancah peperangan. Kerugian mereka dapat ditutup hanya dalam hitungan bulan. Sementara itu Jerman yang self producekekuatan militernya hanya dapat berharap dari produksi dalam negerinya sendiri. Ketika Jerman menyerang Uni Soviet delapan bulan kemudian. Kekuatan udara Jerman tidaklah lagi seperkasa dahulu ketika mereka memulai invasi ke Perancis dan Polandia. Itu sebabnya pula Uni Soviet dapat memindahkan mesin produksi pabrik-pabrik mereka ke tempat yang lebih aman yaitu di Pegunungan Ural sebelum pabrik-pabrik itu sempat di bom oleh pembom Jerman. Untuk kemudian dapat memproduksi mesin militer yang kemudian digunakan untuk menghantam kekuatan Jerman di kemudian hari.
3. Pertempuran Yunani
Pertempuran Yunani sebenarnya tidak dimulai oleh Hitler sendiri, namun oleh sahabatnya, Benito Mussolini. Mussolini yang pada tahun 1938 telah menguasai Albani mempunyai visi untuk menggembalikan kejayaan Romawi dahulu kala dengan merebut Yunani. Yunani ia anggap sebagai sasaran empuk karena mereka tidak mempunyai pasukan yang mumpuni. Sebaliknya, Italia telah menempatkan divisi-divisinya yanterlatih secara baik di Albania.
Pergerakan Pasukan Itali dan Jerman (serta Axis) di Yunani taun 1941
Pergerakan Pasukan Itali dan Jerman (serta Axis) di Yunani taun 1941
Italia, seperti diprediksi mampu membuat pertahanan Yunani kalang kabut. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena pada November hingga Maret 1941 justru Yunani dengan pasukannya yang kecil dan tidak mempunyai peralatan yang baik  mampu mendorong Italia bahkan hingga ke wilayah Albania.
Battle of Crete
Pertempuran Pulau Kreta yang Didominasi Oleh Flashmichjager (Tentara Penerjun Udara Jerman) Tahun 1941
Kekalahan Yunani itu memaksa Hitler untuk membantu sahabatnya dan menunda Operasi Barbarossa hingga dua bulan lamanya. Sebuah keputusan penting yang sebenarnya dapat sangat mempengaruhi jalannya peperangan ke depan. Penundaan selama dua bulan itu artinya bahwa Operasi Barbarosa harus dimulai pada bulan Juni, terlalu dekat untuk musim dingin. Dan terbukti bahwa penundaan ini akan berakibat sangat fatal di kemudian hari. Tentara Jerman yang sudah berada di ambang kota Moskva ternyata benar-banar terjebak di musim dingin Rusia yang ganas.
4. Pengepungan Stalingrad
Pertempuran Stalindgrad (Agustus 1942-Februari 1943) adalah titik penting di dalam jalannya Perang Dunia ke 2. Pertempuran ini dapat dikatakan sebagai Turning Point. Titik balik kemajuan Jerman yang nyaris tidak terkalahkan selama 3 tahun peperangan. Stalingrad sendiri sebenarnya bukanlah kota yang penting. Ia adalah sebuah kota kecil di pinggir sungai Volga, ribuan kilometer dari ibukota Moskva. Dahulu (dan sekarang) kota itu bernama Volgograd atau Kota Volga (Volgo = Sungai Volga dan Grad = Kota).
Skema Battle of Stalingrad tahun 1943 (http://www.armchairgeneral.com)
Skema Battle of Stalingrad tahun 1943
(http://www.armchairgeneral.com)
Satu-satunya hal yang penting dari Stalingrad adalah namanya. Stalingrad mempunyai arti Kota Stalin (Stalin = Stalin dan Grad = Kota). Dan kota inilah yang Hitler harapkan dapat menjadi sebuah simbol kemenangan di Rusia. Terutama setelah kegagalanan Jerman merebut Moskva setahun sebelumnya. Merebut Stalingrad telah menjadi sebuah obsesi pribadi Hitler yang tidak melalui pertimbangan militer dan strategis.
Apakah Stalingrad tidak penting? Sebenarnya pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah. Stalingrad terletak di seberang sungai Volga yang penting bagi lalu lintas industri dari selatan ke utara Rusia. Kota ini juga mempunyai beberapa industri vital seperti sulfur yang cukup penting untuk membuat amunisi dan bahan peledak. Akan tetapi yang menjadi masalah utama adalah cara merebut Stalingrad. Hitler menginginkan Stalingradi direbut dengan cara mendudukinya. Itu berarti pasukannya harus dipaksa untuk berperang di jalanan kota. Dan hal semacam inilah yang sebisa mungkin untuk dihindari para Jendral Jerman. PasukanWehrmacht adalah pasukan yang dirancang untuk berperang dengan cara mobil, bergerak cepat, dan bermanuver. Mereka tidak terlalu handal jika berperang di dalam kota. Sebagai contoh adalah pertempuran Warsawa dan Moskva yang menelan banyak korban. Jendral Jerman menginginkan agar Stalingradi dilewati saja atau setidaknya dikurung dari sisi luar. Namun hal itu sama sekali tidak diinginkan Hitler mengingingat operasi semacam itu akan memakan waktu sangat lama.
Ketidaksabaran Hitler berbuah celaka. Ia telah membuat celaka tiga ratus ribu prajuritnya di sana dan membuat Jerman kehilangan di Front Timur. Kehancuran tiga ratus ribu tentara Jerman di Stalingrad membuat kekuatan negara itu lumpuh dan tak dapat lagi diperbaiki.
5. Battle of Bulge
Battle of Bulge atau Pertempuran Ardennes (Desember 1944-Januari 1945) adalah ofensif terakhir Jerman selama Perang Dunia ke 2. Disebut Battle of Bulge (tonjolan) adalah karena serangan Jerman ini bergitu menusuk sehingga membentuk seperti sebuah tonjolan jika dilihat di dalam peta. Tujuan pertempuran ini adalah merebut kembali Kota Pelabuhan Anterwepen dan membagi dua kekuatan sekutu yaitu di Belanda dan di Perancis.
Rencana Battle of Bulge 1944 - 1945 - Anterwepn Sebagai Sasaran Utamanya
Rencana Battle of Bulge 1944 – 1945 – Anterwepn Sebagai Sasaran Utamanya
Bagi pengamat militer, rencana Jerman ini adalah sebuah rencana yang menggagumkan dan jika berhasil akan mempengaruhi jalannya perang secara keseluruhan. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah kesiapan dari pasukan Jerman sendiri. Jumlah pasukan yang disiapkan sebenarnya cukup besar yaitu sekitar lima ratus ribu orang dan dilengkapi dengan 800 panzer. Beberapa diantaranya bahkan jenis tank baru yaitu Koenigstiger atau King Tiger. Salah satu varian Panzer Tiger terbaru yang digadang-gadang sangat kuat. Namun pasukan sebesar itu tidak dilengkapi dengan logistik yang cukup. Bensin sebagai contoh, sangat nihil dan bahkan mereka direncanakan untuk merebut pos-pos pengisian bahan bakar sekutu di perjalanannya. Sebuah rencana yang sangat riskan.
Realisasi Battle of Bulge 1944
Realisasi Battle of Bulge 1944
Berkat operasi ini pula front timur harus terbuka lebar. Hampir seluruh sumber daya militer dipusatkan untuk keberhasilan Operasi ini sehingga Front Timur tidak mendapatkan pasukan tambahan atau peralatan yang baru. Itulah yang mempercepat jatuhnya Front Timur termasuk Berlin di kemudian hari.