Selasa, 20 Oktober 2020

sejarah kode plat kendaraan



Sejarah asal-usul penetapan plat nomor kendaraan di dunia diawali di Perancis sekitar tahun 1893. Saat itu, plat nomor diperkenalkan oleh Otoritas Polisi Paris dengan maksud untuk mengidentifikasi mobil-mobil yang jumlahnya semakin banyak dan terus bertambah. Sehingga hal tersebut dapat mempermudah pihak kepolisian dalam mengusut kasus kecelakaan.

Meskipun Perancis menjadi negara pertama yang memberlakukan plat nomor kendaraan, penerapan aturan secara nasional justru dilakukan oleh Belanda. Tepatnya sekitar tahun 1901 dan setelah itu aturan tersebut berkembang dan diterapkan diberbagai negara di Eropa. 

Setelah hampir semua negara menerapkan aturan tersebut, Amerika Serikat pun mengadopsinya pada tahun 1903. Negara bagian di Amerika yang pertama memberlakukan aturan plat nomor adalah Massachusetts disusul New York pada tahun 1909, baru kemudian negara-negara bagian yang lain.

Sejarah plat nomor di Indonesia diawali di Pulau Jawa, yaitu pada saat pasukan Inggris untuk pertama kalinya merebut Batavia dari tangan Belanda tahun 1811. Ketika itu Inggris mengirimkan 150 kapal perang dengan jumlah pasukan sekitar 15.600 tentara dan terdiri atas 26 batalion. Setiap batalion diberi kode huruf dari A–Z.

Usai menaklukkan Batavia, Inggris menerapkan aturan terkait arus berkendara. Caranya dengan menempelkan plakat bertanda huruf B pada setiap kereta kuda diikuti 5 digit angka dan diakhiri dengan huruf A yang artinya Annex (tambahan) atau huruf C yang artinya Cargo untuk kereta kuda yang khusus mengangkut barang. 

Mengapa huruf B? Karena pasukan Inggris yang menaklukkan Batavia adalah pasukan dari Batalion B. Untuk wilayah lain, hal yang sama juga diberlakukan, seperti Banten yang menggunakan huruf A karena ditaklukkan batalion A, Surabaya menggunakan huruf L karena ditaklukkan batalion L dan seterusnya. 

Ketika Belanda kembali merebut wilayah Hindia Belanda dari tangan Inggris tahun 1816, aturan tersebut dilanjutkan. Bahkan diterapkan di wilayah-wilayah yang ada di pulau lain.Sejarah asal muasal penetapan plat nomor kendaraan di dunia maupun di Indonesia memang cukup menarik untuk dipelajari. Anda pun mendapat wawasan baru terkait aturan plat nomor kendaraan.

Setelah Batavia dikuasai, selanjutnya wilayah yang diduduki pasukan Inggris adalah Banten. Wilayah banten di duduki pasukan Inggris dari Batalyon A. Seperti juga Batavia, Kereta kuda yang digunakan Batalyon A ditandai dengan kode A.

Begitu juga untuk wilaya-wilaya yang lain. Selanjutnya wilayah yang direbut Inggris dan diduduki adalah Surabaya dengan batalyon L nya dan Madura dengan batalyon M pada tanggal 27 Agustus 1811. Wilayah-wilayah yang yang lain juga sudah mulai direbut dan diduduki batalyon sesuai dengan kode Huruf depan plat nomor kendaraan yang dipakai saat sekarang.

Bahkan kota-kota yang memiliki kemajuan yang pesat dan startegis saat itu tidak luput dari target penguasaan pasukan Inggris. Batalyon G bergerak menuju Pekalongan karena pekalongan saat itu menjadi daerah termaju di daerah pantura bagian barat. Disini Batalyon G melucuti senjata pasukan Belanda dan menduduki Pekalongan sehingga kode Huruf G digunakan untuk menandai kereta Pasukan Batalyon G. Hingga sekarang kode huruf G digunakan untuk tanda huruf Awalan plat nomor Pekalongan.

Namun demikian ada yang berbeda untuk kode abjad yang digunakan untuk daerah magelang menggunakan Kode AA, Yogyakarta AB dan Solo AD karena memiliki dua abjad.

Hal tersebut karena daerah-daerah tersebut masih menjadi wilayah Kasultanan Mataram belum menjadi wilayah Belanda. Namun sejak Kasultanan menyerah dan bergabung dengan Inggris, juga diberlakukan sama dengan daerah-daerah lain untuk kode kereta yang digunakan sesuai dengan Batalyon yang mendudukinya. Magelang menggunakan Kode AA karena Batalyon yang menduduki adalah Batalyon A, Yogyakarta di duduki Batalyon A dan B sehingga kode Kereta yang digunakan AB dan Solo atau Surakarta AD. Begitu juga dengan daerah-daerah lain diberlakukan sama.

Setelah Jawa di duduki dan di kuasai Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles membentuk wilayah administrasi Karesidenan sesuai dengan kode batalyon yang mendudukinya.

Ketika Belanda kembali ke Indonesia pada tahun 1816 kode abjad tersebut tetap digunakan dan bahkan meluas hingga ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa.

Plat Nomor di berbagai wilayah di Indonesia dapat di bedakan sesuai dengan daerah Karesidenan yang dulunya di tetapkan oleh Inggris.

Kode Abjad yang digunakan masih terbagi lagi sesuai dengan kabupaten atau kota masing-masing diakhir plat nomor. Misalnya untuk Plat Awal H Karesidenan Semarang, Akhir S semarang Kota, E Demak, B Salatiga, C Kabupaten Semarang.Untuk Kode W dan Z memiliki sejarah tersendiri, dimana tidak mengikuti kode Batalyon tersebut