Senin, 04 Desember 2017

Planet Proxima b di bintang Proxima Centauri kandidat bumi kedua



Planet Proxima b sepertinya akan di coret dari daftar exoplanet

Satu lagi planet ditemukan di tata surya Proxima Centauri, mungkin di masa depan menjadi planet yang dihuni oleh manusia sebagai tetangga planet Bumi Sebuah bintang disebut Proxima b adalah bintang tipe katai merah atau bintang kerdil. Di bintang Proxima Centauri juga berdekatan dengan 2 bintang kembar lainnya. Dimana pernah ditemukan planet yang disebut planet Alpha Centauri Bb Berbeda dengan 2 bintang, satu bintang paling kecil temukan sebuah planet yang disebut Proxima b. Bahkan penelitian memerlukan waktu 10 tahun sampai akhirnya dikonfirmasi memang terlihat sebuah planet mengorbit disekitar Proxima Centauri. Rumor, mirip seperti Bumi dan ukuran sedikit lebih besar sekitar 1,27x dari ukuran Bumi kata nara sumber yang tidak ingin disebutkan namanya dari observasi La Silla. Membuat impian menjadi kenyataan bagi para astronom, sebuah planet yang dekat, ukuran tidak terlalu besar, serta berada di zone habitat yang mendukung kehidupan. Planet Proxima b begitu dekat mengorbit ke bintang Proxima Centauri, tapi tidak terjemur oleh panas bintang. Karena bintang disana relatif lebih dingin dengan suhu 2800 derajat Celcius. Diperkirakan planet Proxima b tidak membuat cairan membeku, artinya planet tersebut cukup hangat dan cairan juga tidak membeku. Tapi tidak terlalu panas seperti planet Venus, walau posisinya berada begitu dekat bintang. Jarak tata surya Proxima Centauri sekitar 4,25 tahun cahaya dari Bumi. Pemimpin proyek dari universitas Queen Mary Guillem Anglada mengatakan planet baru tersebut terlihat pertama di tahun 2013. Tapi belum ditemukan bukti cukup keberadaannya. Penelitian terakhir dari proyek Pale Red Dot, melibatkan 31 ilmuwan dari 8 negara. Akhirnya terditeksi sebuah planet melintas di depan bintang tersebut. Tim ESO sudah mengumumkan melalui telekonferensi oleh perwakilan proyek Pale Red Dot
Planet Proxima b memiliki orbit 11,2 hari dengan kecepatan 5km perjam, lebih cepat dibanding Bumi yang menyelesaikan satu putaran ke matahari selama 365 hari.
Penelitian Proxima b memerlukan data selama 10 tahun. Mengapa begitu lama. Peneliti mengatakan bintang disana berubah ubah kcerahannya secara alamih, membuat cahayanya meniru bentuk planet sehingga menganggu pengamatan. 
Tidak dijelaskan apakah planet Proxima b memiliki suasana seperti Bumi. Bintang Proxima Centauri adalah bintang cukup aktif, dan radiasi X-ray bintang ke planet mencapai 400x lebih besar dibanding radiasi matahari ke Bumi.
Proxima b sangat menarik, karena usia bintang kerdil Proxima Centauri dapat mencapai triliuan tahun dan jaraknya paling dekat ke Bumi. Seandainya manusia pindah kesana, maka kehidupan dapat berlangsung sangat lama. Yang perlu diteliti adalah bentuk planet tersebut. Diperlukan pengiriman pesawat ruang angkasa, dan melihat lebih jelas isi planet. Apakah disana ada air, planet berbatu dan lainnya.
Kami berharap suatu hari nanti kita bisa mengirim probe nano kata Peter Warden dari Breakthrough Prize Foundation. Sekarang kita tahu setidaknya ada satu target yang menarik dalam jangkauan. 
Bila pindah ke planet Proxima b
Mungkin kita bertanya apakah planet tersebut tandus, gurun, banyak kehidupan atau jangan jangan ada alien yang sudah menetap disana. Astrobiologi dari universitas Cornell, untuk kehidupan maka mahluk hidup harus bertahan dengan radiasi tinggi bintang
Bintang tipe M dari Proxima Centauri adalah bintang berukuran kecil dan redup. Usia bintang sangat lama sebelum akhirnya mati.
Tetapi planet Proxima b duduk sangat dekat ke bintang, jauh lebih rapat dibanding planet Merkurius sebagai planet panas. Hanya 1/10 jarak planet Merkurius ke Matahari. Memungkinkan planet Proxima b akan terkunci, artinya orbit planet siang dan malam realtif akan tetap. Dampaknya pada iklim disana, terjadi angin atmofer yang kuat.
Masalah lain, bintang disana memang kecil tapi tidak mengabaikan kilatan bintang seperti kilatan matahari yang disebut flare. Dengan radiasi X-ray 400x lebih besar, tentu sangat berbahaya bagi kehidupan. 
Berapa jarak Proxima b ke Bumi = 25 triliun km. 
Berapa ukuran planet Proxima b = 30% lebih besar dari masa Bumi. 
Berapa hari dalam setahun disana =11 hari. 
Apakah planet Proxima b berputar = ada kemungkinan planet ini tidak berputar. Siang tetap siang, dan malam tetap malam. Dan disatu tempat matahari terbit dan akan terus terlihat terbit. Alasannya, kemungkinan besar planet ini terkunci, karena terlalu dekat ke bintang. 
Bila posisi planet sedemikian rupa, dan ukuran lebih besar dari Bumi. Mungkin bobot disana menjadi lebih berat. Apakah manusia bisa keluar tanpa perlindungan, peneliti hanya mengatakan kemungkinan kita harus mengunakan tabir surya.
Karena cahaya bintang yang sangat kuat. Bintang disana mengeluarkan cahaya ultraviolet dan flare (kilat bintang) secara terus menerus. Tapi ilmuwan tidak mengesampingkan bahwa planet ini ada di posisi yang tepat bagi kehidupan, khususnya suhu yang cukup panas.
Karena terlalu dekat, kemungkinan bintang radiasi saat ini disana terlalu tinggi untuk mahluk hidup.
Penelitian terbaru dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics / CFA
Brad Wargelin member alasan lain dengan kehidupan di planet Proxima b. Sebelumnya peneliti lain menyebut bintang Proxima b tidak seperti Bumi kita. Dingin, terlalu dingin bahkan hanya 1/10 atau 1/100 cahaya matahari. Masalahnya bukan radiasi dan dingin saja.
Brad mengatakan disana terdapat slot bintik bintang yang terjadi seperti di matahari kita. Spot hitam akibat dorongan medan magnit bintang. Membentuk bintik hitam, dan akibat medan magnet bintang bisa mempenguhi dan pembentukan distribusi titik tersebut.
Matahari memiliki siklus 11 tahun sekali, memiliki sekitar 100 spot bintik hitam.
Proxima Centauri mengalami siklus yang sama dan berlangsung selama 7 tahun. Tapi siklus lebih dramatis, di sana spot hitam menutup 1/5 dari permukaan bintang.
Posisi planet Proxima b terhadap bintang Proxima Centauri memang memiliki posisi yang tepat, tapi tetap tidak ramah untuk kehidupan
Kira-kira seperti gambar ilustrasi dibawah ini, pemandangan di planet Proxima b
Februari 2017
Kabar buruk dari astronom. Alex Gloger astrofisikawan Goddar mengatakan planet disana terlalu tinggi radiasi sinar X-Ray dan ultraviolet. Efeknya sangat sensifif dari jumlah energi yang dipancarkan bintang disana. Artinya planet ini akan di coret dari daftar exoplanet.
Tim mengihitung tingkat oksigen di atmofer yang hilang dengan mempertimbangkan usia bintang kerdil yang bercahaya merah serta jarak planet ke bintang tersebut. Dalam perhitungan planet Proxima b mengalami badai bintang setiap 2 jam, dan oksigen / atau atmofer planet disana hilang dalam waktu 10 juta tahun. Karena jarak planet ke bintang mencapai 20x lebih dekat antara jarak matahari dan bumi. 
Singkatnya, planet ini terlihat tidak baik untuk kehidupan. Karena lapisan atmofer disana sudah pergi tertiup kuatnya angin bintang.
Oktober 2017
2 peneliti universitas Herfordshire Inggris melakukan simulasi keberadaan dari bintang Proxima Ccntauri dengan 2 bintang yang di dekatnya yaitu bintang kembar Alpha Centauri A dan B.
Mereka mengatakan Proxima itu bukan bintang yang lahir disana, mungkin dicuri dari tempat lain sampai berada disana.
Dan bintang Proxima Centauri tertarik oleh gravitasi 2 bintang tersebut sampai perjalanannya berhenti menjadi 3 bintang tersebut.
Peneliti melakukan simulasi dengan perhitungan mundur 7 miliar tahun kebelakang dan kedepan. Proxima Centauri terlihat 23% adalah bintang yang terlempar dan sekarang berada disana. Nanti, 15$ juga akan keluar dari orbit ke 2 bintang lain.
Penelitian tersebut beralasan, ketika bintang lahir yang terbentuk satu bintang atau dua bintang. Sedangkan Proxuma Centauri terlihat datang setelah bintang telah terbentuk. Jadi satu bintang tidak lahir di tempatnya melainkan bintang dari luar.
Masih ada lagi, bila bintang sama sama lahir maka relatif memiliki kandungan yang sama. Dari analisa kandungan logam di bintang Proxima Centauri berbeda. Hal ini menjadi alasan bila salah satu dari 3 bintang tersebut berbeda, bintang liar yang datang dan terkunci oleh bintang lain.
Tentu hitungan tersebut dibuat untuk analisa, seperti apa kejadiannya tidak ada yang tahu. Ini urusan miliaran tahun lalu dan kedepan.
Ilmuwan NASA solar Vladimir Airapetian mengatakan sesuatu yang menghibur. Seperti kita mempelajari bintang dengan planet, tapi matahari kita adalah salah satu bintang tua yang sempurna dan mendukung kehidupan. Penelitian planet Proxima b tentu akan berlanjut, tapi menunggu teleskop terbaru James Webb

di Planet manakah Alien?


Tingkat kecedasaran Alien di alam semesta

Galaksi di sekitar kita tidak menunjukan adanya alien canggih. Setidaknya untuk saat ini.
Studi baru meneliti 100.000 galaksi, sayangnya tidak ditemukan limbah (radiasi) energi yang di hasilkan peradaban alien.
Apakah kita sendiri, apakah manusia sendiri. Tidak ada mahluk hidup selain kita di alam semesta ini dan tidak ada mahluk lain selain kita. Pertanyaan ini mudah dijawab. Tidak Tahu.
Bumi sudah ada jutaan bahkan miliaran tahun lalu. Sejak dimulainya pembentukan tata surya, dimulai dari terbentuknya matahari dan planet. 
Seandainya ada mahluk lain, dimana mereka. Apakah kita lahir bersamaan dengan mahluk alien lain?. Seandainya mereka ada, dimana alien berada, jangan jangan mereka sudah punah. Atau jangan jangan mereka tidak mau bertemu dengan manusia.
Rentang waktu di alam semesta begitu lama, dari pembentukan awal alam semesta yang dimulai 13,8 miliar tahun lalu. Manusia modern baru ada ributan tahun, dan manusia purba sekitar jutaan tahun lalu. Waktu sebelum itu, manusia tidak ada, mungkin masih berbentuk primata.
Sekarang manusia hadir, dan hidup dengan cahaya bintang matahari. Tetapi ke depan kehidupan manusia akan musnah, setelah bintang matahari kita habis. Tidak sekarang, tapi nanti sekitar miliaran tahun setelah matahari akhirnya tamat.
Matahari adalah bintang, matahari bercahaya dan bintang bercahaya. Bintang seperti matahari, dan planet Bumi mengitari matahari. Galaksi Bima Sakti memiliki milyaran bintang, apakah bintang yang kita lihat juga memiliki planet. Bila terdapat planet apakah mungkin ada kehidupan seperti manusia disana, atau peradaban mahluk lain ?. 
Pertanyaan apakah mereka ada, juga mudah dijawab, kemungkinan ada, tidak pernah ada, atau memang ada. Lalu yang mana jawaban pasti. Bagaimana manusia melihat alien, sementara alam semesta begitu luas. Untuk melihat bintang terdekat saja, cahaya dari bintang baru sampai di bumi 4 tahun (cahaya)
Pertanyaan dengan alien sebagai mahluk cerdas diluar manusia seperti ini :
  • Apakah kita sendiri saja di alam semesta ini dan tidak ada mahluk hidup seperti alien.
  • Mungkinkah manusia lahir terlalu cepat seperti waktu sekarang, manusia atau alien dari planet lain belum lahir dan berkembang lebih cerdas dari kita.
  • Jangan jangan mereka sudah ada di depan kita, tapi teknologi manusia hanya teknologi kuno lalu kita tidak bisa melihat mereka.
  • Mungkin mereka sendiri sudah punah karena lahir jauh lebih dahulu dibanding keberadaan manusia, dan planet mereka hancur karena kecerdasan disana tidak berhasil menyelamatkan mereka.
Beberapa pendapat banyak diungkap oleh para ahli fisika, astronom dan bidang kosmologi. 
Ada yang mengatakan alien ada di depan kita, tapi kita tidak melihat karena mereka begitu canggih bersembunyi (tidak mudah terlihat)
Yang lain mengatakan sebaiknya tidak bertemu dengan alien, karena kita akan dihabisi
Ada satu pernyataan menarik lain, alien sudah mengawasi kita tetapi kita tidak tahu. Atau kita pura pura tidak tahu, karena tidak dapat memastikan keberadaan mereka atau tidak percaya mereka ada.
Ilmuwan astrofisika Rusia Nikolai Kardashev mendefinisikan kecerdasaran dari mahluk hidup dalam 3 tingkat berdasarkan kemampuan memanfaatkan energi di alam semesta.
Energi yang di maksud bukan tenaga listrik, bahan bakar, atau nuklir. Tapi energi bintang yang dimanfaatkan untuk kehidupan sebuah koloni sangat cerdas. Bila sebuah peradaban mencapai tingkat tersebut.
Sejak itulah tingkat perkembangan peradaban mahluk hidup sudah menjadi 3 tingkat. Tingkatan ini disebut skala Kardashev. Sedangkan kecerdasan manusia baru di tingkat 0,7 katanya. Karena kemampuan memanfaatkan sebagian saja energi dari dalam planet bahkan pemakaian energi yang ada tidak efisien. Mengunakan mesin pompa air, nonton TV, mengunakan ponsel untuk komunikasi, terbang dengan pesawat berbahan bakar dan hal sangat sederhana.
  • Tingkat satu dimana mahluk hidup mampu memanfaatkan energi dari seluruh kemampuan planet dengan baik. Manusia masuk di tingkat satu tapi baru mencapai setingkat 0,7
  • Tingkat dua dimana mahluk hidup mampu memanfaatkan energi dari bintang mereka. Seperti menyerap energi bintang (matahari). Tapi sudah sistem yang mereka gunakan sudah berada di luar angkasa. Mereka tidak lagi memikirkan kebencian, perang, atau keinginan pribadi. Tapi semua menjadi satu mahluk untuk bertahan hidup dari kekuatan bintang.
  • Tingkat tiga, dimana mahluk hidup dengan kecerdasan sangat tinggi. Mampu memanfaatkan energi di sekitar galaksi dan mampu pergi untuk berkunjung. Jadi mereka bisa pergi kemana saja di dalam galaksi atau antar galaksi.
Sumber: obengplus
Alien mungkin mengenal kita, karena kita tidak bersembunyi.
Teori lain dengan Alien.
Para ahli astronomi mengunakan teknik melihat planet ketika melintas di depan matahari sebuah tata surya. Peneliti mencari Exoplanet seukuran bumi dengan teknik tersebut. Bila sebuah planet terlihat, maka akan di daftar dan diteliti kembali apakah kandungan gas, ukuran, kondisi lingkungan di planet memungkinkan adanya mahluk hidup.
Aien pernah mengirim sinyal dan terditeki di tahun 1977 oleh proyek Seti dengan pesan tertangkap ke Bumi tapi tidak pernah terditeksi kembali. Tetapi pesan yang dikirim sangat jelas dengan huruf 6equj5. Proyek Seti mencoba menangkap sinyal dari ruang angkasa. Tentu dari alien, dan para peneliti mencoba melacak siapa tahu ada frekuensi yang sampai ke Bumi dan tertangkap teleskop radio. Karena pesan tersebut ternyata dapat diterjemahkan. Bahkan penelitian lebih lanjut, sinyal tersebut bukan berasal dari alien. David Kipping, asisten Profesor of Astronomy, Columbia University menceritakan hal berbeda Alien mungkin memilih bersembunyi agar tidak terditeksi oleh alien lain (termasuk manusia). Mungkin alam semesta tidak seperti yang kita lihat sebenarnya. Mengapa mereka bersembunyi. Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri termasuk planet mereka dengan teknologi yang jauh lebih maju. Beberapa pendapat para ahli yang berbeda antara kontra dan mendukung.  Apakah alien itu baik atau berbahaya, mengapa alien seperti itu dan bagaimana komunikasi mereka

Voyager 1 tinggalkan Solar System

Kita mungkin berpikir, setelah melintas batas dari tata surya adalah daerah yang tenang dan sunyi. kenyataannya diluar batas tata surya adalah daerah ekstrem. Radiasi antariksa berada disana. Tapi di Bumi dan planet sekitar tata surya, kondisinya sangat aman. Bumi terlindung dari radiasi luar dan matahari, karena bumi memiliki pelindung magnit. 

Radiasi matahari juga melindungi planet bumi dan planet lain, karena angin matahari mendorong semua radiasi tidak masuk ke dalam tata surya. Seperti gelembung yang dibentuk oleh matahari, dan planet bumi terlindung di dalamnya.

Diluar batas tata surya memang aneh, banyak hal tidak terduga. Hal ini dibuktikan oleh rekaman pesawat Voyager.

Februari 2014, Voyager 1 menangkap suara diluar batas ruang angkasa, dimana daerah tersebut masih terjangkau oleh magnetik dari badai matahari. 

Profesor fisika Don Gurnett mengatakan Voyager menangkap suara gelombang kejut yang dinamakan Tsunami Wave. Walau Voyager 1 sudah melakukan perjalanan sejauh 400 jt km. Kepadatan plasma diluar garis tata surya semakin tinggi. Tidak jelas dari mana asal suara tersebut sampai tertangkap instrument Voyager. Apakah getaran berasal dari matahari atau benda lain.

Link rekaman dari Voyager di publikasikan oleh SpaceNasa mengirim Voyager 1 dan Voyager 2. Tapi keduanya berlawanan arah. Voyager 1 mengunakan teknik ketapel dengan melontarkan pesawat tersebut ketika melintas di planet Saturnus. Voyager 2 diluncurkan 20 Agustus 1977. 2 minggu setelah Voyager 1 diluncurkan. Sekarang keduanya sudah sangat jauh dari Bumi. Untuk melakukan komunikasi, dibutuhkan waktu 17 jam untuk Voyager 1 dan 14 jam untuk Voyager 2.
Voyager 1 sudah di konfirmasi oleh NASA sudah meninggalkan tata surya. Satelit yang diluncurkan tahun 1977 menjadi benda buatan manusia yang pergi paling jauh. Kabarnya sudah berjalan sendirian, dan akan terus melakukan perjalanan ke titik tengah galaksi Bimasakti.

Sebelum lepas dari jalur tata surya, Voyager 1 melewati daerah Heliopause yang ada diantara Heliospere dan Interstellar. Sebelumnya Voyager masih memberikan data dan menditeksi di area tersebut memiliki kekuatan plasma elektron lebih kuat 40x dibanding di daerah Heliospere. Menurut data, Voyager 1 sudah meninggalkan batas tata surya pada 25 Agustus 2012 tahun lalu. 

Untuk Voyager 1 sudah berjalan sejauh 11.6 milyar mil atau sekitar 21 milyar km dari titik matahari. Membutuhkan waktu 36 tahun lalu dan baru tiba disana. Selama 36 tahun perjalanan Voyager 1 baru menempuh 1/500 jarak tahun cahaya. Seandainya Voyager 1 diarahkan ke planet "Tau Ceti e" / planet seukuran bumi yang mungkin bisa di tinggali (disebut Exoplanet) dengan jarak 12 tahun cahaya. Dengan kecepatan saat ini, membutuhkan waktu 200 ribu tahun baru sampai disana.

Lalu kapan Voyager 1 bisa mencapai titik tengah galaksi Bimasakti. Tinggal dihitung saja. Panjang galaksi Bimasakti sekitar 100.000 tahun cahaya. Asumsi matahari berada ditengah galaksi maka jarak ke titik tengah sekitar 50.000 tahun cahaya. Kalikan 50.000 x 500 (perjalanan voyager selama 36 tahun dalam satuan tahun cahaya). Sama dengan 25.000.000 kalikan dengan perjalannan terakhir 36 tahun. Yah sekitar 900 juta tahun lagi baru sampai kesana. Itupun kalau jalannya lurus.

Bisa dilihat wajah para peneliti dibawah ini, karena sudah 36 tahun mereka mengamati perjalanan Voyager
Dari Popsci menanyakan tentang Voyager 1 ke tim NASA
  • Bagaimana tim NASA bisa menangkap signal dari Voyager 1. Bisa saja, dengan teknologi saat ini, signal radio yang dikirim dari Voyager 1dapat ditangkap. Nasa mengunakan antena sangat kuat Deep Space Network. Walau pemancar di Voyager hanya berkekuatan 20W.
  • Apakah Voyager 1 masing bisa mengirim foto ke Bumi. Katanya camera Voyager 1 sudah dimatikan setelah mengambil foto Pale Blue Dot pada tahun 1990. Gambar terakhir diambil dari jarak 6 milyar km dan bumi hanya terlihat seukuran 0.12 pixel
  • Dibawah ini gambar Pale Blue Dot yang terakhir diabadikan oleh Voyager 1
  • Camera di Voyager 1 dimatikan agar menghemat baterai dan power digunakan untuk instrumen yang bisa menditeksi partikel di sekitar Voyager. Camera dan pemanas sudah terpapar udara sangat dingin. Seandainya diaktifkan kembali dari bumi, belum tentu camera bisa bekerja
  • Berapa lama signal dari Voyager bisa ditangkap di bumi. Bila dihitung pada jarak saat ini, membutuhkan waktu 17 jam diterima ke bumi.
  • Jenis data apa yang dikirim dari Voyager.  Di Voyager memiliki alat pengukur partikel energi LECP dan CRS, data magnetometer dari tim MGA, data gelombang radio plasma dari tim PWS, data plasma dan spektrum ultraviolet dari UVS. Data yang dikirim masih berbentuk 0, 1 (biner). Dan dibutuhkan software untuk membuka data dari Voyager.
  • Bila ditanya, berapa lama Voyager masih bekerja. Mungkin sampai tahun 2020, setelah itu peralatan akan dimatikan bertahap. Dan tahun 2025 akan dimatikan semuanya.
  • Data apa yang dapat diambil dari Voyager pada sisa aktif kerjanya. Masih ada beberapa instrumen seperti menditeksi sinar kosmik galaktik (ACRS) dan medan magnetik galaksi, kemungkinan peralatan gelombang plasma bisa bekerja. Voyager mengunakan baterai nuklir, sampai kekuatan baterai ini habis dan mungkin sudah habis di tahun 2025.
  • Bila baterai di Voyager habis, apakah bisa terditeksi. Kemungkinan besar tidak.
  • Berapa kecepatan Voyager, katanya sekitar 38 ribu mil perjam dan akan terus menjauh dari Bumi.
  • Seandainya Voyager terus menjauh, maka akan terus mendekat ke gugus bintang konstelasi Ophiuchus pada tahun 40272.
  • Bagaimana procesor dan memory yang ada di Voyager dibandingkan sebuah smartphone saat ini. Tentu beda jauh, ketika Voyager dibuat belum ada chip procesor yang kecil seperti chip smartphone. Memory lebih kecil 270 ribu kali, dan procesor tidak berbentuk seperti procesor sekarang tapi dirancang khusus untuk pengolah data instrumen.
  • Para insinyur yang menangani proyek Voyager, sebagian sudah tiada. Tetapi Nasa berharap mendapatkan data lagi selama 10 tahun terakhir aktivitas Voyager 1, kata Dodd. Setelah itu, mungkin tersisa 5-7 tahun masih bisa mengirim signal ke bumi.
  • Walaupun computer di Voyager masih sangat sederhana, sistem computer dapat mengendalikan Voyager dan terbang sendiri. Sistem computer akan mengambil tindakan untuk dirinya bila terjadi sesuatu yang tidak beres. Untuk mengirim signal ke Voyager membutuhkan waktu semakin lama 17,5 jam, dan balasan dari Voyager membutuhkan waktu yang sama untuk melaporkan kondisi pesawat.
Voyager 1 yang diluncurkan tahun 1977 telah mencapai jarak 19 miliar km, dan terbang dengan kecepatan 65 ribu km perjam. Jarak tersebut setara 137 (AU) kali jarak bumi ke matahari.
Voyager 2 baru mencapai jarak 112 AU,  walau masih kalah jauh, sinyal pesawat ruang angkasa tersebut lebih sulit didengar.
Pesawat ruang angkasa Pioneer  10 dan 11 juga hilang kontak pada tahun 2003 ketika sinyal terus melemah dan satu lagi sudah lebih dahulu hilang pada tahun 1995. Dirancang bekerja selama 21 bulan tapi masih bekerja sampai 22 dan 31 tahun. Kedua pesawat kehilangan kendali pada fungsi motor. Membuat antera yang seharusnya diarahkan ke bumi tidakbekerja.
Pesawat paling jauh ketiga adalah New Horizons yang diluncurkan 2006, dan mencapai planet Pluto pada tahun 2015. Diperkirakan dapat sampai ke sabuk Kuiper di tahun 2019. Bila power pesawat masih mencukupi, misi dapat diperpanjang sampai 2030 atau kemungkinan sampai tahun 2040..
Dibawah ini data nasa menangkap suara di daerah interstellar space. Suara tersebut terdengar di daerah ruang antar bintang. Instrumen gelombang plastma Voyager 1 masih menditeksi getaran plasma atau gas yang terionisasi. Periode antara November 2012 sampai April sampai Mei 2013.
Grafik merah menunjukan kepadatan plasma di daerah, dan biru menunukan gelombang lebih lemah. Diperkirakan Voyager satu telah bertemu dengan plasma antar bintang pada bulan Agustus 2012.
sumber: obengplus.com

Rabu, 22 November 2017

Jagat Raya Menurut al-Qur'an

Allah SWT menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan Petunjuk-Nya, sehingga manusia tidakperlu repot-repot mencari atau menyusun Hukum dalam menjalani hidupnya, bahkan tinggal meneliti dan mempelajari Petunjuk Allah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.Bahkan Hukum Allah itu menerangkan hal-hal yang berlaku sampai nanti kehidupan di Akhirat.
Dalam era globalisasi dan informasi sudah saatnya bagi umat Islam untuk berpikir kritis dan dinamis demi kemajuan Islam. Hal yang perlu dipahami bahwa sesungguhnya Al Qur’an bukanhanya menerangkan ibadah saja, tetapi lebih jauh dia juga menerangkan hal-hal yang berkaitandengan ilmu tingkat tinggi yang justru lebih lengkap dan sempurna.Akan tetapi selama ini yang dipelajari para ilmuwan Muslim baru sebatas hal yang berkaitandengan ibadah, dikiranya Al Qur’an tidak mampu menerangkan hal-hal berkaitan dengan segalayang ada di semesta. Padahal kalau Al Qur’an dipahami dengan sungguh-sungguh maka akanmuncul Sarjana-sarjana Al Qur’an dari berbagai disiplin ilmu yang berkualitas tinggi dan handal.Dengan begitu Ilmu Pengetahuan akan maju pesat sejalan dengan tingkat kemampuan dalampemahaman Al Qur’an oleh para pemeluk Islam atau para Ilmuwan itu sendiri.
Misalnya tentang adanya masyarakat manusia di Planet lain di luar Bumi ini, orang-orang barat begitu serius mengadakan penelitian dengan biaya yang sangat mahal dan mereka yakin bahwa diluar Bumi ini pasti ada kehidupan atau ada makhluk hidup. Padahal sebenarnya jauh-jauh sebelumnya Al Qur’an telah memberikan informasi yang menunjukkan bahwa di Planet selain Bumi ini juga telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya di Bumi ini. Sementara para ilmuwan muslim hanya bertindak selaku penonton dan menunggu hasil penelitian orang Barat.
Sebenarnya sejak 15 abad yang lalu Al Qur’an telah menerangkan berbagai persoalan yang adadi jagad raya ini, cuma masalahnya sistem pendidikan yang selama ini diajarkan hanyalah berupa hafalan-hafalan sehingga pada umumnya anak didik kita banyak yang tidak bisamemahami tentang sesuatu. Seringkali orang dipaksa untuk percaya begitu saja secara taklidbuta walaupun kadang-kadang keterangan yang disampaikan tidak sejalan dengan pemikiransecara wajar. Ironisnya para Sarjana kitapun masih banyak yang kurang kritis dan teliti, bahkanmereka juga mengikuti pemahaman ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu, sehinggaposisi kita sering selalu ketinggalan, terutama dalam hal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama masyarakat Islam sendiri karena kurangnya informasi tentang Al Qur’an, tetapi anehnya kalau diberi tahu tentang Al Qur’an juga belum tentu mau menerima atau paling tidak merupakan bahan kajian, tetapi itulah faktanya. Sementara bagi orang-orang yang memang benar-benar beriman kepada penjelasan Allah yang disampaikan oleh Nabi tentu menanyakan kepada Nabi. Akan tetapi karena sekarang Nabi sudah tiada, maka kita harus menanyakan kepada yang mengutus Nabi yaitu Allah dimana Allah telah menjelaskan semua itu melalui Wahyu dalam Al Qur’an.
Lalu, benarkah ada kehidupan manusia di planet lain?
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan :




1. Pengertian tentang Dunia.
Selama ini orang menganggap seolah-olah yang dimaksud dunia ini hanyalah “BUMI” ini saja, padahal dunia itu begitu luasnya, sedangkan Bumi ini hanyalah merupakan debu yang sangat kecil jika dibandingkan dengan dunia. Dunia adalah semesta raya ini dan bukannya hanya Bumi saja, karena itu kalau kita sering mendengar bahwa dunia ini nantinya akan dihancurkan pada hari kehancuran total dengan istilah “Yaumus Sa’ah”, maka yang dihancurkan bukan hanya Bumi ini, tetapi seluruh jagad raya yang ada di semesta ini. Semesta raya ini terdiri dari milyaran Bintang, setiap Bintang di angkasa merupakan satu solar sistem (Tata Surya). Oleh karena itu hendaklah kita merubah cara berpikir dalam memahami suatu persoalan sehingga pengertian itu bisa diterima oleh pikiran secara wajar dan sejalan dengan ilmu pengetahuan.

2. Pengertian tentang Sama’/Samawat
Memang benar bahwa berdasarkan arti bahasa bahwa Samawat adalah bentuk jamak dari Sama’ yang pada umumnya diartikan “langit” atau “angkasa”. Namun sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka sama’ belum tentu selalu berarti langit. Sedangkan yang dimaksud langit adalah awang-awang kosong begitu luasnya. Tiap-tiap planet memiliki langit, sedangkan planet-planet itu tak terhitung jumlahnya di semesta raya ini. Di dalam wilayah Tata Surya kita saja ada 10 planet dan baru 9 yang diketemukan dan masingmasingnya memiliki langit.


3. Pengertian tentang Dabbah


Kalau diperhatikan dengan teliti bahwa sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata, tetapi termasuk di dalamnya binatang yang berkaki bahkan termasuk juga manusia. Untuk mendapatkan pengertian dabbah yang sebenarnya, perlu dihubungkan beberapa ayat dalam Al Qur’an yang mengandung dabbah, maka dia akan saling menerangkan tentang pengertian dabbah itu sendiri secara jelas. Kalau pemahaman tentang sesuatu hanya dengan satu ayat terpisah, maka pengertiannya tidak bisa utuh, karena jarang Al Qur’an menerangkan sesuatu hanya dengan satu ayat yang berdiri sendiri, tetapi harus dihubungkan dengan ayat lain yang berhubungan.


Memang ada juga ayat yang sudah jelas tanpa penjelasan misalnya ayat-ayat muhkamat, namun biasanya hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau ayat mutasabihat harus merangkaikan beberapa ayat yang saling menerangkan. Sebagai bahan kajian tentang dabbah maka perhatikan petunjuk Allah berikut:

Surat As-Syuuro (42) ayat 29 oleh Departemen Agama Pelita III/81-82:




Dalam Ayat tersebut yang diterjemahkan makhluk-makhluk yang melata adalah Ayat aslinya berbunyi dabbah. Sementara yang lainnya diartikan binatang melata.


Perhatikan Terjemahan pada Ayat yang sama yaitu:
Prof. H. Mahmud Yunus, penerbit PT. Al MaArif Bandung:
Diantara ayat-ayat (tanda-tanda) Allah, ialah kejadian langit dan Bumi dan apa-apa yang bertebaran pada keduanya diantara binatang-binatang (apa-apa yang melata di muka Bumi). DIA maha kuasa menghimpunkan mereka bila dikehendaki-Nya.

Jadi,  istilah dabbah diartikan binatang melata. Tapi perlu diketahui bahwa kalau binatang melata bisa hidup di Samawat itu, maka manusiapun seharusnya juga bisa hidup.

Berdasarkan pengkajian sebaiknya Ayat tersebut berarti:
Dan dari Ayat-ayatNya ialah penciptaan Samawat (planet-planet) dan Bumi, serta yang DIA kembang biakkan pada keduanya (Samawat dan Bumi) dari dabbah (makhluk berjiwa) dan DIA atas pengumpulan ketika DIA kehendaki adalah menentukan.

Kalau orang mau memperhatikan dengan teliti, maka sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata saja, tetapi termasuk binatang lain yang tidak melata yaitu yang berkaki termasuk di dalamnya adalah manusia. Oleh karena itu yang ditebarkan atau dikembangkanbiakkan di Samawat (planet-planet) dan di Bumi ini terdiri makhluk yang berjiwa termasuk di dalamnya manusia itu sendiri. Dengan demikian maka jelas bahwa di planet-planet itu pun telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya yang ada di Bumi ini. Berikut ini Ayat yang menjelaskan tentang pengertian dabbah.

Surat An-Nuur (24) ayat 45. Artinya :




Surat Al-Anfal (8) ayat 22 :

Surat Al-Anfal (8) ayat 55 :



Kalau kita perhatikan surat An-Nuur (24) ayat 45, cukup jelas dan tegas bahwa diantara dabbah itu ada yang berjalan atas perutnya (ular, buaya, cecak, kadal dan lain-lain), dan diantara dabbah itu juga ada yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, MANUSIA dan lain-lain) dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain).


Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dabbah bukanlah hanya binatang melata, tetapi termasuk manusia dan binatang berkaki lainnya.

Pada Surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55, menyatakan bahwa sejahat-jahat dabbah menurut pandangan Allah adalah orang-orang pekak, kafir, tidak berpikir dan tidak beriman. Jelas yang dimaksud disini adalah manusia, bukan binatang melata, karena memang semua binatang melata tidak bisa berpikir apalagi beriman. Inilah yang dimaksud dengan pemahaman tentang suatu istilah dalam ayat Al Qur’an. Kalau dalam memahami istilah dalam ayat kurang tepatapalagi kalau salah, maka arti dan kedengarannya pun janggal, tidak ratio, tidak bisa dimengerti oleh semua orang, akibatnya sasaran yang dimaksudkan pun tidak tepat.

Jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dabbah adalah makhluk berjiwa (makhluk bernyawa) termasuk MANUSIA. Dengan begitu didapatkan kunci dan petunjuk yang diperoleh dari pengertian beberapa ayat yang saling menjelaskan bahwa di planet lain selain Bumi ini juga bermasyarakat manusia dan juga berkembang biak berbagai binatang termasuk juga binatang melata tadi.

Meskipun hingga saat ini dengan ilmu pengetahuan yang ada belum diketahui dengan pasti tentang keberadaan kehidupan di planet lain, namun penjelasan dari ayat-ayat al-Qur’an diatas sangat logis dan bisa diterima. Dan menurut saya, sebagai seseorang yang tertarik dengan masalah UFO dan Alien, pembahasan mengenai Dabbah diatas menjadi titik terang bahwa fenomena Alien adalah benar-benar nyata.

dikotomi (pembagian dua kutub) antara agama dan sains, antara persoalan dunia dan akhirat. Ketika membicarakan sains seolah agama tidak berhak ikut campur. Untuk agama selain Islam, mungkin saja begitu. Namun tidak berlaku untuk Islam. Karena Islam tidak mengenal dikotomi sains dan agama, dunia dan akhirat.
Betapa banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sains, bahkan sebagian diantaranya baru diketahui dan dipahami oleh ilmuwan pada abad ke-20.  Di antaranya :
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiya [21] : 30)
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis dabbah (makhluk hidup) dari air” (Q.S. An-Nuur [24] : 45)
Dari sini bisa dipahami jika sebuah planet memiliki cadangan air di dalam tanahnya atau memiliki gas yang memungkinkan terbentuknya air dan oksigen maka planet tersebut bisa mendukung kehidupan. Salah satu planet tetangga yang diketahui memilik kemungkinan ini adalah Mars.
Di dalam lapisan kriosfer mars terdapat deposit es yang terbuat dari air yang membeku. Jika es di ini dicairkan, akan bisa merendam seluruh permukaan mars setinggi 11 meter. Hal ini berarti cadangan air di planet Mars sebenarnya sangat melimpah hanya saja membeku menjadi es.


“Lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis dabbah (makhluk hidup)” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 162)
Ilmuwan juga mensinyalir bahwa di masa lalu pernah ada kehidupan mikroorganisme di mars. Kecurigaan ini berdasarkan banyaknya kanduangan gas metana (CH4) dalam atmosfir Mars. Dimana gas metana adalah gas yang dihasilkan dari mikroorganisme. Walaupun demikian, gas metana juga bisa dihasilkan dari oksidasi besi. Sebagaimana diketahui permukaan Mars banyak mengandung Besi Oksida (Fe3-O2).
Dibandingkan dengan bumi yang memiliki 21% oksigen 75% nitrogen, atmosfer Mars hanya memiliki 0,1% oksigen dan 95% gas CO2. Maka atmosfer Mars memang tidak cocok untuk manusia karena manusia membutuhkan 300 liter lebih oksigen per harinya.
Namun jangan salah, awal mula bumi kita dulu sebagian besar atmosfernya adalah CO2 juga. Bahkan kandungan CO2 di bumi kita pada jaman purba jauh lebih banyak daripada atmosfer Mars saat ini. Namun organisme purba di bumi yang terdiri dari bakteri anaerobik adalah bakteri yang bisa hidup dalam lingkungan tanpa oksigen dan mampu mengubah CO2 menjadi O2.
Dengan bantuan bakteri ini terjadilah produksi oksigen besar-besaran dalam atmosfir bumi yang disebut dengan peristiwa katastropi oksigen. Para ahli geologi mengetahui hal ini dari jejak berlimpahnya oksidasi besi (reaksi besi dengan oksigen) pada batuan-batuan purba.
Selain bakteri anaerobik, ada jenis bakteri lain seperti methylomirabilis oxyfera, yang bisa memproduksi oksigen dari gas metana (CH4). Nah jika bakteri anaerobik dan methylomirabilis oxyfera ini disebarkan di planet mars, maka akan bisa menghasilkan oksigen di planet mars untuk menunjang kehidupan.
Demikian pula deposit es di planet mars bisa menghasilkan oksigen dengan proses elektrolisa air (air dialiri listrik tegangan tinggi). Maka dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa membangun kehidupan di planet Mars bukanlah sesuatu yang mustahil.
Selain dari planet Mars, apakah mungkin ada kehidupan di planet lain di alam semesta ini? Ada ungkapan yang terkenal dalam hal ini. “Seandainya tak ada kehidupan di planet lain di alam semesta ini maka betapa mubadzirnya trilyunan (bahkan bisa jadi lebih) planet di alam semesta ini”. 
Di alam semesta ini ada milyaran galaksi, salah satunya adalah galaksi bima sakti tempat dimana tata surya kita berada. Masing-masing galaksi terdiri dari milyaran bintang. Dan masing masing bintang dikitari oleh planet-planet membentuk tata surya. (Ada juga bintang yang tidak memiliki planet).
Maka di alam semesta ini terdapat trilyunan atau quadriliun planet. Maka apakah tidak ada satu saja.. sekali lagi “satu saja” planet lain yang kondisinya mirip dengan planet bumi? Jawabannya mengejutkan. Para ilmuwan setidaknya telah menemukan beberapa planet di alam semesta ini yang kondisinya mirip bumi dan bintangnya mirip matahari.
Dengan kata lain situasinya sangat ideal untuk munculnya kehidupan seperti di bumi. Salah satunya yang terdekat berjarak 600 tahun cahaya dari bumi (artinya terbang dengan kecepatan cahaya, akan sampai di sana 600 tahun kemudian).  Apakah bisa kita terbang ke sana?
Dengan teknologi kendaraan luar angkasa saat ini memang masih berupa impian. Karena teknologi kita saat ini belum mampu membuat roket yang terbang dengan kecepatan cahaya.
Allah tidak menafikkan sama sekali kemungkinan manusia sanggup menjelajahi langit.
“Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, (namun) kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S. Ar-Rahman [55] :  33)
Artinya manusia bisa menembus langit asalkan memiliki pengetahuan dan enerji untuk melakukan itu.
Apakah Al-Qur’an berbicara tentang adanya kehidupan di planet lain?
Sebagian besar terjemah Al-Qur’an menerjemahkan kata “dabbah” sebagai hewan atau makhluk melata. Sehingga bayangan kita adalah sejenis kadal atau serangga. Padahal dabbah itu bersifat umum, yaitu makhluk hidup yang memiliki bayang-bayang.
Dari pengertian ini saja kita tahu bahwa dabbah itu bukanlah makhluk ghaib sebangsa jin atau malaikat, melainkan makhluk kasar karena hanya makhluk kasar sajalah yang memiliki bayang-bayang.
Dalam ayat Al-Qur’an dikatakan bahwa Allah menyebarkan dabbah ini di langit dan dibumi.
“Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan dabbah (makhluk hidup) Yang Dia sebarkan pada keduanya (langit dan bumi). Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya”(Q.S. Asy-Syuura [42] : 29)
Perhatikanlah bahwa Allah menyebarkan “dabbah” pada langit dan bumi. Orang pada jaman dulu yang belum bisa memahami kemungkinan adanya kehidupan di planet lain akan memahami ayat ini bahwa yang dimaksud adalah burung-burung yang terbang di langit. Artinya pengertian langit di sini dibatasi langit bumi (atmosfer). Namun siapa yang membatasi maksud “as-samawaat” itu adalah atmosfer bumi??
Perhatikanlah bahwa pada samawaat itu terdapat juga malaikat, maka tidak mungkin malaikat itu berdiam di atmosfer bumi melainkan di langit atas sana.
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit  di bumi dari para dabbah (makhluk hidup) dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri” (Q.S. An-Nahl [16] : 49)
Al Qurthubi menyebutkan pendapat Mujahid terhadap makna dari “dan dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya” adalah malaikat dan manusia. Artinya dabbah yang di langit itu adalah malaikat, sedangkan dabbah yang di bumi itu manusia. Hal ini sesuai dengan Q.S. An-Nahl di atas.
Ada pula ulama yang menafikkan arti kata “pada keduanya” Abu ‘Ali berkata : maksudnya adalah “dari salah satu dari keduanya”. (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz XVI hal 350) Sayyid Qutb mengatakan bahwa maksud dari “dan dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya”… bahwa kehidupan hanyalah di bumi ini saja—tinggalkanlah olehmu prasangka bahwa di langit terdapat kehidupan yang lain yang kita tidak mengetahuinya”. Pendapat ini jelas tidak tepat karena jelas Al-Qur’an menyatakan menyebarkan pada keduanya. Dan keduanya itu bukanlah salah satu saja.
Adalah dimaklumi jika pendapat para ulama itu mengingkari adanya kehidupan di planet lain karena teknologi dan wawasan mereka belum sampai ke situ. Bahkan seandainya ditanya pada mereka apakah manusia bisa ke bulan pun mereka pasti akan mengingkarinya. Karena para ulama tidak suka berandai-andai dan cenderung membatasi fikiran yang bersifat spekulatif.
Persoalannya lainnya adalah pada kata “samawaat”. Kata ini menunjuk langit secara umum atau lebih tepatnya alam semesta. Langit yang berarti segala sesuatu yang berada di atas bumi; maka awan, bulan, bintang matahari termasuk bagian dari as samaa’. Misalnya pada firman Allah Ta’ala : “dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit (As Samaa)” Q.S. Albaqarah. [2] : 22; As Samaa’ di ayat ini berarti mendung, karena lafadz As Samaa’ adalah bentuk masdar dari سَمَا يَسْمُوْ yang artinya tinggi. Maka as- Sama’ dapat berarti semua yang lebih tinggi.
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan komet-komet.” (Q.S. Al-Mulk : 5).
Maka langit yang ada bintang bintang ini jelaslah artinya langit alam semesta bukan hanya langit bumi (atmosfer) saja. Maka kalimat pada Q.S. Asy-Syuuara ayat 29 di atas bisa kita pahami bahwa Allah menyebarkan dabbah ke seluruh alam semesta selain yang ada di bumi juga.
Dengan adanya isyarat ini, sebenarnya 14 abad yang lalu Al-Qur’an telah berbicara mengenai kemungkinan adanya kehidupan di planet lain. Belum tentu makhuk hidup di planet lain itu seperti alien yang aneh-aneh, karena itu hanya ada di film-film saja. Makhuk hidup di planet lain itu mungkin kurang lebih sama dengan yang ada di bumi.
Kalaupun memang di planet itu tidak ada makhluk hidup lain maka yang jelas kita berfikir pada hal-hal yang sementara ini disepakati saja yaitu sebagai berikut :
– Ayat Qur’an menyatakan dan sains juga membuktikan kehidupan bermula dari air. Sedangkan di alam semesta ini terdapat beberapa planet yang mengandung air atau minimal berupa es seperti planet Mars. Mungkin suatu saat nanti akan ditemukan lebih banyak lagi planet yang seperti ini. Jika ada air pasti bisa muncul kehidupan.
– Al-Qur’an menyatakan manusia bisa mengarungi alam semesta. Dan faktanya teknologi manusia memang telah mendarat di bulan, sedangkan pesawat luar angkasa tak berawak telah mampu mencapai saturnus.
Maka Kalaupun bukan di planet itu sendiri yang ada dabbah (makhluk), maka manusialah yang akan mendatangi planet yang kondisinya memungkinkan untuk hidup dan manusia akan hidup di sana. Akhirnya waktulah yang akan membuktikan benar tidaknya hal ini. 

sumber :shinta986 & islampos

Selasa, 21 November 2017

Planet Kepler 186f

Sudah lama manusia berusaha mencari planet alternatif karena bumi sudah dianggap terlalu penuh dan suatu saat tidak akan bisa menampung semua manusia. Untunglah sekarang sudah ditemukan Kepler-186F, planet lain yang bisa dihuni selain bumi.
Planet Kepler-186F ditemukan oleh NASA berkat teleskop luar angkasa mereka. Planet ini ditengarai sangat mirip dengan bumi. Planet kembaran bumi ini juga mengorbit dekat bintang, sama seperti bumi dan matahari. Kepler-186F berada sekitar 500 tahun cahaya dari bumi, tepatnya pada konstelasi Cygnus.
Walaupun selama ini NASA sudah menemukan banyak planet yang seukuran bumi dan mengorbit di tata surya, Kepler-186F ini berbeda. Kepler-186F adalah planet pertama yang mengerupai bumi dan berada dalam zona Goldilocks (zona planet yang bisa dihuni karena berada cukup dekat dengan matahari tempat ia mengorbit).
Karena Kepler-186F berada dalam zona Goldilocks, para ilmuwan sekarang sedang mencari tahu tentang bintang yang diorbit oleh planet ini. Jika bintang tersebut menyerupai matahari, maka kemungkinan besar planet tersebut dapat dihuni oleh manusia.
Sejauh ini bumi memang masih merupakan satu-satunya planet yang bisa dihuni oleh manusia. Jika Kepler-186F terbukti dapat ditinggali oleh manusia, maka ini akan menjadi sebuah penemuan yang sangat besar.
Peneliti telah mengetahui bahwa bintang yang diorbit oleh Kepler-186F massanya hanya separuh matahari. Jadi energi yang dipancarkannya hanya sepertiga dari matahari kita. Kepler-186F sendiri mengorbit bintang ini dalam jangka waktu 130 hari. Jauh lebih singkat dari waktu orbit bumi pada matahari.

Membaca Alam Semesta

Para ilmuwan akhirnya harus mengakui rancangan alam semesta begitu sempurna hingga mengisyaratkan adanya perancangan cerdas, tapi mereka tetap berusaha menghindari penjelasan yang mencakup istilah Tuhan.

Teori multiverse telah menelurkan teori lain bahwa alam semesta kita adalah simulasi, tulis Paul Davies.

Jika kita pernah berpikir hidup adalah mimpi, tenang saja. Beberapa ilmuwan tersohor mungkin sependapat. Para filsuf sudah lama bertanya apakah memang ada dunia nyata di luar sana, ataukah “realitas” hanyalah kilasan imajinasi kita.
Lalu datanglah fisikawan quantum, yang menyingkap alam ketidakpastian atom ala Alice in Wonderland, di mana partikel-partikel bisa berupa gelombang, dan benda padat larut ke dalam pola samar energi quantum.

Dan sekarang kosmolog ikut-ikutan, menyatakan bahwa apa yang kita persepsikan sebagai alam semesta mungkin sebetulnya tidak lebih dari simulasi raksasa.
Cerita di balik pernyataan janggal ini berawal dari pertanyaan menjengkelkan: kenapa alam semesta begitu ramah hayati? Sudah lama kosmolog dibingungkan oleh fakta bahwa hukum alam seolah diramu dengan lihai untuk memperkenankan munculnya kehidupan. Ambil contohnya unsur karbon, bahan vital yang menjadi dasar seluruh kehidupan. Itu tidak dibuat dalam [peristiwa] big bang yang melahirkan alam semesta. Justru, karbon dimasak di jeroan bintang-bintang raksasa, yang lantas meledak dan memuntahkan jelaga ke segenap alam semesta.
Proses yang menghasilkan karbon adalah reaksi nuklir rumit. Ternyata, keseluruhan rantai peristiwa tersebut perkara yang amat ketat, meminjam kata-kata Lord Wellington. Jika gaya yang menjaga kesatuan nukleus atom sedikit lebih kuat atau sedikit lebih lemah, reaksi takkan bekerja dengan benar dan kehidupan mungkin tak pernah ada.
Mendiang astronom Inggris Fred Hoyle begitu terpesona oleh kebetulan bahwa gaya nuklir mempunyai kekuatan tepat untuk menghasilkan makhluk seperti dirinya. Dia memproklamirkan alam semesta adalah “konspirasi terencana”. Karena ini terdengar mirip sekali dengan pemeliharaan ilahi, para kosmolog bersusah-payah mencari jawaban ilmiah untuk teka-teki keramah-hayatian kosmik.
Yang mereka hasilkan adalah alam semesta jamak, atau “multiverse”. Teori ini menyatakan apa yang kita sebut “alam semesta” bukanlah alam semesta. Ia adalah fragmen inifinitesimal dari sistem yang jauh lebih akbar dan rumit di mana kawasan kosmik kita, betapapun luasnya, hanya melambangkan satu gelembung ruang di antara gelembung-gelembung lain yang tak terhitung, atau alam semesta saku (pocket universe).
Keadaan jadi menarik ketika teori multiverse digabung dengan ide-ide dari fisika partikel subatom. Bukti terus menggunung bahwa apa yang fisikawan anggap hukum ajeg karunia Tuhan mungkin lebih mirip regulasi lokal, berlaku di petak kosmik kita, tapi beda di alam semesta saku lainnya. Jika bepergian ke satu triliun cahaya di luar galaksi Andromeda, Anda mungkin berada di alam semesta yang gravitasinya sedikit lebih kuat atau elektronnya sedikit lebih berat.
Mayoritas alam-alam semesta lain ini tidak harus mengandung kebetulan-kebetulan setelan halus yang diperlukan untuk munculnya kehidupan; mereka tandus, jadi terus tidak terlihat. Hanya di alam-alam semesta Goldilocks seperti milik kita, di mana aspek-aspeknya ternyata tepat (murni kebetulan), makhluk berperasaan akan timbul dan takjub oleh betapa ramah hayatinya alam semesta mereka.
Itu ide apik, dan sangat populer di kalangan ilmuwan. Tapi itu membawa implikasi ganjil. Karena jumlah total alam semesta saku tidak terbatas, harus ada sekurangnya satu yang bukan cuma berpenghuni, tapi juga didiami oleh peradaban maju—komunitas berteknologi dengan kemampuan komputer memadai untuk menciptakan kesadaran buatan. Bahkan, sebagian ilmuwan komputer berpikir teknologi kita hampir menggapai mesin berpikir.
Tinggal satu langkah kecil dari penciptaan pikiran buatan pada mesin menuju pensimulasian seluruh dunia virtual untuk dihuni makhluk simulasi. Skenario ini jadi familiar sejak dipopulerkan oleh film-film The Matrix.
Kini sebagian ilmuwan menyatakan itu harus diambil serius. “Barangkali kita adalah simulasi…ciptaan suatu entitas tertinggi atau super,” renung Astronomer Royal Inggris, Sir Martin Rees, penganjur kukuh teori multiverse. Dia bertanya-tanya apakah keseluruhan alam semesta fisik adalah aplikasi di dalam realitas virtual, sehingga “kita ada dalam matriks ketimbang fisika itu sendiri”.
Adakah justifikasi untuk mempercayai ide sinting ini? Tentu saja, kata Nic Bostrom, filsuf di Universitas Oxford yang bahkan punya situs khusus untuk topik ini (www.simulation-argument.com). “Karena komputernya begitu canggih, mereka bisa menjalankan banyak simulasi,” tulisnya dalam The Philosophical Quarterly.
Jadi jika ada peradaban berkemampuan simulasi kosmik, maka alam-alam semesta palsu yang mereka ciptakan akan cepat berkembangbiak melampaui jumlah alam semesta asli. Biar bagaimanapun, realitas virtual jauh lebih murah daripada yang asli. Jadi berdasarkan statistik sederhana, seorang pengamat acak seperti saya atau Anda kemungkinan besar adalah makhluk simulasi di dunia palsu. Dan dipandang dari dalam matriks, kita tak pernah bisa menyebut perbedaannya.
Atau bisa? John Barrow, rekan Martin Rees di Universitas Cambridge, penasaran apakah para simulator akan bersusah-payah dan berhambur-hambur menjadikan realitas virtual tahan penyalahgunaan. Jangan-jangan jika menengok cukup cermat, kita akan menangkap pemandangan tertatih-tatih.
Dia bahkan mengisyaratkan bahwa malfungsi dalam sejarah simulasi kosmik kita sudah ditemukan oleh John Webb di Universitas NSW. Webb menganalisa cahaya dari quasar-quasar jauh, dan menemukan sesuatu yang ganjil terjadi sekitar 6 miliar tahun lampau—kecepatan cahaya bergeser tipis. Mungkinkah ini berarti para simulator sedang meléng?
Harus diakui, saya turut bertanggungjawab atas kekacauan ini. Tahun lalu saya menulis sebuah artikel untuk The New York Times. Isinya menyatakan, sekali teori multiverse keluar, skenario-skenario mirip Matrix pasti mengekor. Kesimpulan saya: mungkin seharusnya kita mempertahankan skeptisime sehat terhadap konsep multiverse sampai hal ini dijernihkan. Tapi jauh dari meredakan teori, itu justru menggenjot antusiasme terhadapnya.
Bagaimana akhir semua itu? Jelek, barangkali. Setelah para simulator tahu kita mengenali mereka, dan permainan sudah habis, mereka mungkin kehilangan minat dan memutuskan menekan tombol “hapus”. Demi kebaikan Anda, jangan percaya sepatah katapun tulisan saya ini.
Konsep Multiverse dan Pararel Universe merupakan sebuah konsep yang menarik karena dalam konsep tersebut menyebutkan bahwa alam semesta ini tidak hanya satu, melainkan banyak. Banyak orang yang menentang dua konsep tersebut, sebuah kejadian yang sangat mirip dengan penolakan orang yang percaya bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan tidak mungkin ada planet lain di luar bumi. Meskipun sama, namun Multiverse dan Pararel Universe mempunyai dua buah perbedaan yang mendasar. Multiverse hanya menyebutkan bahwa terdapat alam semesta lain di luar alam semesta kita, tanpa menyebutkan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan alam semesta yang berbentuk mirip atau menyerupai dengan alam semesta kita. Sedangkan Pararel Universe lebih mengedepankan tentang adanya alam semesta lain yang mirip dengan alam semesta yang ada pada kita. Bahkan, dalam teori tersebut memungkinkan adanya versi-versi lain dari diri kita dengan jalan hidup yang sedikit atau banyak berbeda.
multiverse-pararel-universe
Secara nalar, kedua konsep tersebut sama-sama dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Namun, saya sendiri sebagai seorang amatir tidak terlalu suka dengan konsep Pararel Universe dan condong kepada konsep Multiverse saja. Di luar sana, barangkali terdapat ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan alam semesta lain. Namun, masing-masing dari alam semesta itu berbentuk unik dan mempunyai ciri khas mereka masing-masing. Jika satu atau dua alam semesta mempunyai kemiripan, itu lebih disebabkan karena kebetulan.
Analoginya seperti ini, di dunia ini ada milyaran manusia. Satu dan lain mempunyai bentuk yang mungkin hampir sama, namun tetap saja tiap individu itu unik dan mempunyai pembeda. Hal tersebut terjadi di setiap bentuk kehidupan, maupun di setiap bentuk benda. Setiap benda dan makhluk hidup barangkali mempunyai unsur penyusun yang sama, namun mereka tetap mempunyai keunikan masing-masing. Saya mempunyai pikiran (walaupun hanya sebatas pikiran) bahwa jika ada alam semesta lain, maka bentuk dan keadaannya unik, tidak ada yang persis sama antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tidak ada konsep diri kita yang berada di alam semesta lain. Dan, alam semesta di luar alam semesta kita mempunyai keterbatasan dalam segi jumlah. Karena ada sebuah tempat dan waktu (yang walaupun konsepnya cukup berbeda dengan ruang dan waktu yang ada di dalam alam semesta kita), tempat dan waktu itu membatasi jumlah alam semesta – alam semesta lain di luar alam semesta kita.
Memang apa yang coba saya utarakan di sini tidak mempunyai bukti. Namun, begitu juga dengan konsep pararel universe yang selama ini berkembang dengan luas. Ada yang mengatakan juga jika dejavu merupakan ketersinggungan antara dunia kita dengan sebuah dunia pararel, namun cukup aneh jika kita membayangkan bahwa ada suatu tempat (riil) yang mempunyai jumlah hampir tak terbatas/ tak terhingga. Dahulu, dalam euforia science, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa alam semesta itu sendiri tidaklah terbatas, namun bukan begitu cara alam bekerja. Semua pasti mempunyai batasnya. Dan, sekarang kita mempunyai bukti yang cukup kuat untuk percaya bahwa alam semesta kita sendiri mempunyai batasannya. Batasan dari segi luas maupun batasan dari segi usia.

Jika memang segala hal di alam semesata kita (di dalam alam semesta mempunyai batasan). Maka, kemungkinan besar semua di luar alam semesta kita juga mempunyai batasan. Meskipun mereka hadir dalam jumlah yang nyaris tak terhitung oleh matematika, namun tetap saja terdapat sebuah titik batasan. Kalaupun memang pararel universe itu ada, dan ada versi-versi dari diri kita yang muncul di sana, itu adalah sebuah konsekuensi dari hitungan random, bukan karena konsekuensi logis adanya multiverse. Memang sedikit sulit untuk membuang persamaan atau setidaknya kemiripan dari multiverse dan pararel universe. Namun bagiku, keduanya mempunyai aliran perspektif yang berbeda. Mungkin saja pendapatku ini salah, dan itu wajar karena manusia memang mempunyai keterbatasan dalam berandai-andai dan berpemikiran. Sebuah konsekuensi random dari jaringan-jaringan syaraf yang ada di kepala kita.
Paul Davies adalah profesor ilmu alam di Australian Centre for Astrobiology Universitas Macquarie. Buku terbarunya adalah How to Build a Time Machine